Oleh: KH Syamsul Yakin
Dai LDDA Kota Depok
Ada tanda para pendosa yang mudah dikenali. Hal itu termaktub di dalam firman Allah, “Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka” (QS. al-Rahman/55: 41). Lebih jauh tanda-tanda mereka, seperti diungkap dalam Tafsir Jalalain, yakni mukanya berwarna hitam dan matanya berwarna biru.
Sebaliknya, berbeda dengan tanda orang-orang beriman. Menurut Ibnu Katsir. Mereka dikenali melalui wajah mereka yang kemilau bercahaya sebagai atsar (bekas) air wudhu yang digunakan untuk shalat, membaca al-Qur’an, dan serangkaian ibadah lain.
Tentang tanda para pendosa, al-Zuhaili melengkapi bahwa pada saat mereka keluar dari kubur raut muka mereka tampak jelas diliputi kesedihan, kegalaun, dan penuh duka. Inilah yang menurut al-Maraghi pada saat itu tidak perlu lagi ada tanya jawab. Setiap pendosa berbeda dan dapat dibedakan menurut ragam dosa yang dilakukan, entah itu bermuka hitam dan seterusnya.
Tampaknya, ayat ini yang menginspirasi ilmu sidik jari atau daktiloskopi. Ilmu ini adalah ilmu yang mempelajari sidik jari dengan cara mengamati guratan pada jari-jemari, telapak tangan dan telapak kaki. Pada zaman sekarang hal itu dilakukan petugas pada saat seseorang membuat Suar Izin Mengemudi (SIM), Surat Keterangan
Catatan Kepolisian (SKCK), dan lain-lain.
Menurut al-Maraghi, pada kantor-kantor tertentu, pemerintah mengurusi orang-orang yang diindikasi patut dicurigai melakukan kejahatan dengan mengambil gambar ibu jari mereka. Pada zaman sekarang sidik jari seseorang disimpan di dalam data base khusus untuk keperluan mengantisipasi kejahatan.
Allah sedemikian rupa membuat kombinasi dan konfigurasi sidik jari manusia yang berbeda-beda sejak manusia pertama hidup hingga yang terakhir mati nanti. Hari ini saja penduduk dunia sudah lebih dari 8,1 milyar dengan kombinasi dan konfigurasi sidik jari yang berbeda namun dengan mudah dikenali nanti pada hari kiamat.
Menarik paparan Muhammad Yusuf Ali tentang tanda para pendosa pada ayat di atas. Menurutnya, setelah tanda-tanda itu disematkan pada para pendosa, semua rahasia dan jati diri mereka akan diketahui oleh semua orang. Sejatinya Allah sudah mengetahui tanda-tanda para pendosa sebelum mereka diadili.
Fragmen tentang tanda para pendosa berkorelasi pada ayat lain yang lebih rinci. Misalnya, “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi (bagi Allah)” (QS. al-Haqqah/69: 18). Begitu juga, “Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu kamu akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya” (QS. al-Kahfi/18: 49).
Setelah para pendosa teridentifikasi, selanjutnya dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. Maksudnya, tulis Syaikh Nawawi, ubun-ubun dan kaki mereka diikat dengan rantai hingga jadi satu. Rantai itu mengitari punggung mereka. Berikutnya mereka dijebloskan ke dalam neraka.
Ayat ini adalah karunia bagi orang-orang bertakwa dan durjana. Bagi mereka yang bertakwa ayat ini kian memperteguh konsistensi mereka dalam mengerjakan yang diperintah dan meninggalkan yang dilarang. Sementara bagi mereka yang durjana, ayat ini adalah peringatan dan teguran yang berharga.
Untuk itu, sangat patut kalau kembali Allah bertanya, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. al-Rahman/55: 42).*